THE SOLDIER RECON CHAPTER 4 : WOMEN’S POWER (PART 2)

DOR!!! DOR!!! DOR!!!

“Jumlah mereka terlalu banyak Med” ujar Rere, “Lebih baik kita jangan dulu melawan”

Pasukan teroris menembaki mereka setelah hampir 3 jam meninggalkan bunker itu. Masalahnya, jumlah pasukan musuh lebih banyak dari yg mereka tumpas kemarin. Mereka melepaskan senjata secara membabi buta. Rere meyakini ini adalah perintah dari Vic.

“Kita harus memutar Re” Medina memberikan ide pada Rere, “Dengan memutar, setidaknya kita bisa menumpas mereka dari belakang.”

“Benar, nanti kita pikirkan strategi berikutnya.” Rere menyetujui idenya Medina, “Dalam hitungan ketiga! Satu, dua, TIGA !!!”

Rere dan Medina dengan segera berputar mengitari gedung yg menjadi perisai mereka saat ini. Mereka muncul di sudut jalan yg lain dan mulai menembaki pasukan musuh dari belakang secepat mungkin.

“Ayo Medinaaa!!” Rere menyemangati Medina supaya tidak kehilangan semangat bertarungnya.

“Lo juga Re! Jangan biarkan mereka merajalela !!!” Medina tidak mau kalah sama Rere.

“Yang kalah, harus traktir makan nanti !” Rere masih sempat memikirkan makanan dikala seperti ini. Dia memang makhluk yg aneh saat ini. Mungkin otaknya sudah ketularan pecicilan dari Ali.

“Gue pasti menaaanng !!” Medina tidak mau kalah sama Rere dan jelas dia tidak mau traktir makan Rere.

Pasukan musuh terheran-heran. Karena terlalu heran, mereka malah terbantai dengan cepat. Ini diantara Medina dan Rere yg memang hebat akhir-akhir ini atau memang pasukan ini adalah pasukan yg paling bodoh diantara yg lain.

“Bodohnya pasukanku……” Vic yg diam-diam mengamati dari jauh hanya bisa menepuk dahinya.

Karena keasyikan menembak, Rere dan Medina tidak sadar kalau senjata mereka perlu diisi ulang. Mereka langsung kembali berlindung.

“Med, ada pintu kecil disini. Mungkin kita bisa melewatinya.” Rere menemukan sebuah pintu kecil untuk masuk ke gedung itu.

“Ya, tapi……” Medina merasa tidak yakin “Apakah badanku muat melewati itu ?”

“Tentu saja bisa, kalau Kemal baru tidak muat” Rere berusaha meyakinkan Medina.

Mereka berdua akhirnya berusaha melewati pintu kecil itu. Mudah. Dalam sekejap mereka berdua sudah ada di dalam gedung itu.

“Sekarang mari kita isi senjata kita dulu, setelah itu kita tembaki mereka dari atas” kata Rere. Rere memang cepat berpikir disaat terdesak seperti ini.

Rere dan Medina dengan cepat mengisi ulang senjatanya dan langsung berlari ke lantai 4 gedung itu. Mengintip dari jendela untuk meyakinkan kalau pasukan musuh masih ada di sekitar mereka.

“Mereka ada disekeliling gedung ini” ujar Medina, “Bagaimana kalau kita lemparkan Flashbang dan High Explosive Grenade lalu kita tembak mereka dari sini ?”

“Ide yg bagus” Rere sangat setuju dengan ide Medina yg tadi, “Gue ngurus di bagian sini, lo yg disana.”

Flashbang pun dilemparkan dari atas. Pasukan musuh buta seketika, dan mereka pun melemparkan Flashbang lagi agar pandangan pasukan itu makin terganggu dilanjutkan dengan melemparkan High Explosive Grenade secara beruntun.

BUMMM !!

Bom-bom yg dilemparkan Medina dan Rere terdengar sangat keras. Saat itu pula Medina dan Rere langsung menembaki pasukan dari atas. Pasukan musuh langsung mundur, karena mereka kalah strategi dan jumlah orang yg berkurang dengan drastis.

“Bagus” Medina bergumam dalam dirinya sendiri, “Setidaknya kita bisa mengambil nafas dulu sejenak.”

“Sekalian kita mengambil senjata pasukan musuh yg sudah tewas, ya semacam bom atau peluru lainnya, siapa tau cocok dengan senjata kita.” Rere langsung berjalan menuju ke pintu kecil itu.

Clear” kata Rere memberikan tanda kalau disekitar gedung itu sudah aman.

Medina mengikuti Rere keluar dan mulai memeriksa pasukan musuh yg sudah tewas. Lumayan, mereka mendapatkan beberapa peluru dan bom, bahkan mereka menemukan chocolate bar.

Mereka kembali berjalan, melanjutkan perjalanan. Hari sudah siang, matahari bersinar dengan teriknya di atas mereka. Tapi mereka tidak peduli, yg mereka pedulikan sekarang adalah nyawa-nyawa yg dijadikan sandera di UNPAR.

Mereka harus tetap waspada. Sewaktu-waktu, pasukan musuh atau pimpinannya bisa saja muncul di depan mereka. Setiap langkah, setiap jam, mereka bertemu anggota musuh yg bersembunyi dan berniat untuk membunuh mereka.

Tanpa masalah, mereka bisa mengatasinya. Kini mereka berdua sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini dan menembak dengan cepat. Tak terasa, sedikit lagi mereka akan sampai di perbatasan kota, tepatnya di daerah Kebon Waru, tempat vokalis terkenal pernah ditahan.

“Eh ini penjara Kebon Waru kan ?” Medina bertanya pada Rere, “Tempat Arul di tahan gara-gara video skandalnya itu kan ?”

“Ya, kau benar Med” Rere melihat-lihat keadaan Kebon Waru dari luar, “Cukup luas disini, bagaimana kalau kita istirahat sebentar disini ?”

Tanpa komando, Medina sudah memanjat pagar penjara itu. Rupanya dia sudah mulai kelelahan, “Ayo Re, gue bantu naik”

Rere hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia pun langsung memanjat naik pagar itu. Pohon rindang di dalam penjara itu menjadi pilihan mereka untuk beristirahat sejenak. Mereka membongkar tas mereka dan mulai menikmati makanan yg mereka bawa meski itu hanya berupa chocolate bar.

“Entah kenapa coklat ini terasa begitu enak sekali” Medina membuka obrolan dikala senggang mereka.

“Itu karena lo terlalu lapar Med, makanya enak, hahaha” canda Rere disela-sela waktu makan mereka.

Disisi lain, Vic sangat murka pada bawahannya.

“Bodoh kalian, bisa-bisanya kalian dihabisi dalam sekejap oleh dua orang wanita itu” Vic mengumpat pada anggotanya yg hanya tersisa sekitar 16 orang saja.

“Sekarang, gue ngga mau tau, yg disini bareng gue hanya 9 orang, sisanya keluar dan habisi dua wanita itu !!” perintah Vic. Vic sudah sangat kesal dengan keadaannya. Vic sadar kalau dia semakin terdesak.

Pasukan musuh mulai bergerak ke arah Medina dan Rere beristirahat. Mereka berdua tidak menyadari itu. Mereka baru sadar saat salah satu dari pasukan itu menginjak sebuah botol.

“Siapa itu ?” Rere kaget dan berdiri sambil memegang senjata. Pasukan musuh langsung menembakkan senjatanya.

“Medina, kita diserang! Cepat berlindung!” Rere menarik Medina dan mulai berlindung dibalik salah satu dinding.

“Siapkan senjata, disaat lengah kita tembak mereka” perintah Rere pada Medina.

Baku tembak tak terhindarkan lagi. Dengan efektif dan akurasi yg mulai meningkat, Medina dan Rere menghabisi pasukan musuh yg datang. Beruntung, pasukan yg datang hanya 7 orang dan mereka bisa menghabisinya dengan cepat.

“Bodoh! Bodoh! Bodoh!” Vic mulai kesal dan dia mengambil senjata dan perlengkapan lainnya, “Kalian ikut denganku sekarang juga!”

Vic meninggalkan markasnya dan mulai berjalan mendekati posisi Medina dan Rere. Mereka meyakini kalau Vic akan segera muncul di hadapan mereka.

Mereka keluar dari penjara itu. Berjalan dengan sangat perlahan, mengawasi dan mewaspadai setiap pergerakan yg ada. Dari peta yg mereka dapat dari Farandy, seharusnya mereka sudah mendekati area markas musuh. Tiba-tiba terdengar suara sirine. Rere dan Medina tambah waspada. Mereka curiga pasukan musuh akan segera tiba didepan mereka.

“Hei kalian! Akhirnya kita bertemu juga!” secara mendadak, Vic muncul dihadapan mereka sekarang.

“Siapa kau ?” Medina mulai curiga.

“Gue Vic dan gue akan membunuh kalian sekarang juga sehingga gue bisa meminum darah kalian!” Vic menjawab sambil memberi ancaman.

Perkataan Vic tadi membuat Rere dan Medina merasa jijik. Inilah pimpinan yg harus mereka kalahkan untuk memudahkan perjalanan misi mereka.

“Kurasa kami tidak akan mudah dikalahkan oleh wanita aneh sepertimu” timpal Medina pada Vic.

“Hahahahahaha” Vic tertawa dengan keras “Bersiap-siaplah karena area ini akan menjadi kuburan bagi kalian berdua.”

“Habisi mereka !” Vic menyuruh sisa anggotanya untuk menyerbu Rere dan Medina. Terpaksa, Medina dan Rere berlari ke arah yg berbeda.

“Sepertinya kita harus berpisah, agar lebih mudah menghabisi mereka semua” Rere langsung berlari ke arah kiri.

“Ya, kita bertemu nanti” Medina melanjutkan pelariannya ke arah kanan.

Ada 4 orang yg mengikuti Rere dan sisanya mengikuti Medina. Sambil bersembunyi Rere sudah mengisi peluru di senjatanya. Dia langsung menggunakan 2 handgun sekaligus.

“Mati kalian!” Rere keluar dari persembunyiannya sambil melompat dan menembaki pasukan musuh. Peluru tembakan dari Rere bersarang dikepala anggota-anggota itu.

“Pekerjaan mudah, saatnya membantu Medina” Rere mulai berlari ke arah Medina.

Medina, yg bersembunyi dibalik pohon juga sudah menyiapkan senjatanya. Sama seperti Rere, dia menggunakan 2 sub-machine gun secara langsung.

“Selamat tinggal kalian semua…..” ucap Medina sambil menembakkan senjatanya. Semua anggota pasukan sudah dilumpuhkan. Mereka berdua tinggal berhadapan dengan Vic.

Mereka bertemu langsung di sebuah lapangan. Hanya ada 3 wanita disitu, Rere dan Medina melawan Vic si Wanita-Psikopat-Menjurus-Gila.

“Rupanya pasukanku sudah kalian habisi, tapi tidak apa-apa” Vic mengeluarkan pistolnya “Mereka memang tidak berguna….”

Medina dan Rere langsung melarikan diri dari sana. Di area terbuka, mereka akan kalah total dari Vic. Mereka butuh sebuah rencana untuk mengalahkan Vic.

“Mau kabur kemana kalian, hahaha” Vic mengejar mereka berdua sambil menembakkan senjatanya. Beruntung, Vic matanya sedikit juling jadi tidak ada yg kena.

“Kalian bisa bersembunyi tapi tak bisa kabur dari gue!” Vic masih menembakkan senjatanya. Dia tidak tahu kalau Medina dan Rere sedang bersiap-siap menyergapnya dari samping.

“Sekarang!”

Medina dan Rere melompat bersamaan. Mereka mengekang Vic dari kiri dan kanan. Tapi usaha mereka gagal, Vic terlalu kuat. Hanya dengan dua kali ayun, Medina dan Rere terhempas ke tanah.

Vic menghampiri Rere dan mulai memukulnya. Rere kesulitan menghadangnya karena Vic memiliki tenaga yg lebih besar. Disaat itulah, Medina melompat ke punggung Vic sambil mencekiknya.

Vic terjatuh ke arah belakang menimpa Medina. Dalam kondisi itu, Vic menggunakan sikutnya untuk memukul perut Medina. Akibat pukulan keras itu, Medina mengeluarkan darah dari mulutnya.

“Hmmm,, darah segar” ujar Vic yg tak lama langsung menjilat darah itu.

Sesaat Vic lengah, Rere bangkit dan menendang kepala Vic untuk menolong Medina.

“Rasakan ini!” Rere menggunakan kakinya untuk membuat Vic pingsan. Disaat inilah mereka berdua kabur dan bersembunyi.

Hari mulai gelap. Bukan karena sudah malam tapi awan mendung menaungi mereka saat ini. Lalu, hujan mulai turun dan membasahi tanah yg penuh dengan bangkai-bangkai gedung dan mayat-mayat.

“Lo ngga apa-apa Med?” Rere khawatir dengan keadaan Medina.

“Ngga apa-apa Re” Medina menjawab, “Ini udah jadi resiko kalau menjalani misi seperti ini”

Disaat yg sama, Vic mulai sadar dan dia bangkit.

“Dasar wanita sial” Vic mengeluarkan 2 pisau sekaligus, “Akan kucincang kalian!”

Vic berjalan sambil menggesekan pisau-pisau itu di gedung-gedung tua. Menakut-nakuti Rere dan Medina.

“Dia sudah bangkit lagi..” Medina melihatnya dari balik dinding tempat mereka sembunyi, “Apa yg harus kita lakukan sekarang ?”

“Lebih baik kita membuat jebakan” Rere mengajak Medina untuk membuat jebakan, “Mumpung dia berjalan ke arah yg salah”

Mereka berdua kebingungan akan membuat jebakan seperti apa. Tiba-tiba Medina menemukan ide.

“Bagaimana kalau kita gunakan bagian bawah bangunan kecil itu, kita pasang dengan bom ledak yg kita punya yg kita sambungkan kuncinya lalu saat mereka masuk, kita tarik kuncinya ?” kata Medina, “Tapi itu akan membutuhkan waktu yg cukup lama.”

“Apa salahnya mencoba ?” Rere menyanggupi rencana ini “Ayo kita buat !”

Mereka berdua langsung menuju bangunan kecil itu dengan perlahan agar tidak ketahuan oleh Vic. Sukses. Mereka melihat-lihat sekeliling siapa tau ada alat-alat yg mereka bisa gunakan sebagai jebakan. Hasilnya tidak buruk, mereka menemukan selotip dan tali pancing.

“Ini bisa kita manfaatkan” Rere langsung menempelkan bom di sekitar dinding dan berupaya agar bom-bom itu tidak terlihat, “Gue udah tempelin bomnya, sekarang lo ikat pake tali pancing setiap kuncinya.”

Tanpa bertanya, Medina langsung mengikat kunci-kunci bom itu. Jadi, hanya dengan sekali tarik, bom itu akan meledak secara bersamaan.

“Gue sudah beres mengikatnya” tapi Medina memiliki pertanyaan di kepalanya “Nanti siapa yg akan memancing dia kesini ?”

“Gue aja” Rere mengajukan diri untuk menjadi umpan, “Jadi nanti lo tunggu sampai gue masuk ke pintu belakang itu, baru lo tarik talinya.”

Jebakan yg sangat bagus, tapi timing akan menjadi hal yg krusial nantinya.

“Lo tunggu disitu, biar gue yg menarik perhatian Vic.” Rere menyiapkan senjatanya.

Rere keluar menampakkan diri sambil menembak dengan handgun yg dia miliki hingga pelurunya habis. Pada saat itulah, Rere mulai berlari dan memasuki bangunan itu.

“Disitu rupanya..” Vic mulai tersenyum kejam “Bersiaplah untuk mati!”

“Sini kalau berani, tangkap gue kalau lo bisa !!” tantang Rere kepada Vic, “Sini, lawan gue sini.”

Entah apa yg dipikirkan oleh Rere saat itu. Yang pasti Rere memastikan Vic berlari mengejarnya hingga memasuki bangunan kecil itu. Medina mendengar suara pintu tertutup dan mulai menarik tali pancing itu. Vic yg sudah masuk ke dalam jebakan mereka berdua terlambat untuk menyelamatkan diri.

“Memang dasar kalian wanita sialan……” ucap Vic menyadari dia telah jatuh dalam jebakan yg dibuat oleh Medina dan Rere.

BUMMM !!! BUARRRR!!

Asap hasil ledakan membumbung tinggi di angkasa. Rencana mereka berhasil. Tapi Rere tidak terlihat setelah ledakan itu. Medina takut kalau Rere terkena ledakan itu. Dan apa yg ditakutkan oleh Medina itu terjadi. Dia melihat Rere tergeletak tidak sadar.

“Rere! Rere!” Medina berusaha untuk membangunkan Rere dan disadari kalau Rere terkena efek ledakan itu. Punggung dan kaki kanannya terluka.

“Sial ! Gue terlalu cepet narik talinya” Medina langsung membuka tas dan mengambil beberapa perban dan alkohol untuk mengobati Rere.

“Rere! Rere!” Medina masih berusaha menyadarkan Rere, dan dengan sedikit tamparan di pipinya, Rere sadar.

“Rencana…ki..kita berhasil..kan ?” Rere memaksakan untuk tersenyum.

“Ya kita berhasil, Re” ujar Medina menahan air matanya.

“Baguslah….” Rere senang rencananya berhasil, “Sekarang, bisa kan lo bantu gue berdiri ?”

Tanpa basa-basi Medina langsung membopong Rere. Mereka melanjutkan perjalanan mereka sambil berharap bertemu dengan rekan seperjuangannya. Mereka berdua kelelahan, tapi para sandera juga lelah menunggu.

1 daerah telah diamankan dan 1 ajudan sudah dibasmi. Masih tersisa 3 area lagi yg masih dalam kondisi kritis dan 3 ajudan yg harus dikalahkan. Berharap Frank, Ali, Kemal, dan Zico bisa menyelesaikan misinya.

Hujan telah berhenti, dan matahari mulai bersinar lagi dengan gagahnya. Masih ada harapan dalam diri mereka berdua untuk menyelamatkan sandera-sandera itu. Dan harapan itu sama terangnya dengan cahaya matahari sore itu……..

 

To Be Continued………

Leave a comment